Teknik Dan Cara
Budidaya Ikan Koi
Teknik Dan Cara Budidaya IkanKoi Dalam artikel kali ini kami akan berbagi teknik dan cara budidaya ikan Koi.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa budidaya ikan Koi itu gampang gampang
susah, namun anda jangan khawatir karena dibawah ini kami akan mengulasnya
secara lengkap tentang teknik budidaya ikan koi agar berhasil. Cara yang kami
berikan dibawah ini akan berhasil jika dilakukan dengan usaha, ketekunan dan juga do’a . Nah bagi anda khususnya untuk pemula yang
ingin mengetahui teknik dan cara budidaya ikan koi sebagai tambaghan ekonomi
keluarga silahkan semak secara lengkap ulasannya di bawah ini;
Kunjungi juga:
Persiapan Pemijahan Ikan Koi
Persiapan untuk Proses
Pemijahan Ikan Koi
Sebelum proses pemijahan induk
dilakukan, hal-hal pokok yang perlu diperhatikan agar dapat diperoleh hasil
yang baik, adalah :
1.kolam pemijahan dan kolam
pemeliharaan harus terpisah;
2.kolam harus mempunyai pintu
ke luar dan pintu masuk air secara terpisah;
3.pada pintu masuk air dibuat
penyaring untuk mencegah hama masuk ke kolam;
4.pada pintu ke luar air
dibuat juga saringan, untuk mencegah telur tidak hanyut;
5.seluruh dinding kolam
diplester atau dilapisi vinil;
6.kolam harus kena sinar
matahari;
7.luas kolam antara 3 - 6 m
dengan kedalaman 0,5 m;
8.jauh dari jangkauan
anak-anak;
9.suasana tenang / tidak
berisik;
10.di dalam kolam disediakan
kabakan dari ijuk ukuran 40 cm x 1 m sebagai media penempel telur yang
diletakan pada bilah-bilah bambu agar tidak mengapung, usahakan sirkulasi air
terus mengalir, untuk mempercepat koi kawin.
Kolam penetasan dan pembesaran
benih bisa disatukan dengan kolam pemijahan. Namun, kedua kolam itu sebaiknya
dibuat terpisah. Kolam penetasan dapat berbentuk persegi panjang atau bulat
dengan ukuran sekitar 3 m2. Begitu juga dengan kolam pembesaran benih, tetapi
akan lebih baik jika ukuran kolam ini dibuat lebih besar. Satu hal lagi, untuk
menyediakan stok pakan bagi ikan perlu dibuatkan kolam untuk pakan alami,
ukurannya antara 6 - 10 m2 dengan ketebalan dinding kolam sekitar 30 cm.
A. MENYELEKSI INDUK
Di kalangan penggemar koi ada
pepatah, memelihara koi dimulai dengan Kohaku dan diakhiri dengan Kohaku pula. Pertama kali memelihara koi,
orang akan memilih Kohaku, kemudian selera bergeser ke koi satu warna dan tiga
warna, seperti Ogon dan Taisho sanke. Setelah itu, selera akan kembali ke
Kohaku dengan selera kualitas lebih tinggi. Pepatah ini secara tidak langsung
menobatkan Kohaku sebagai prototipe koi. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi, baik
untuk induk jantan maupun induk betina agar dapat menghasilkan telur yang
banyak dan dapat melakukan pembuahan yang sempurna, antara lain :
1.induk jantan sudah memiliki
banyak sperma (berumur lebih dua tahun);
2.induk betina sudah banyak
memiliki telur yang matang (berumur lebih dari tiga tahun);
3.kedua induk dalam kondisi
sehat, tidak cacat, kondisi sirip seimbang, tidak loyo;
4.perbandingan jumlah induk
adalah satu ekor induk betina dengan dua atau tiga ekor induk jantan.
Proses Pemijahan Ikan Koi
Induk-induk koi yang telah
terpilih tidak serta merta bisa langsung dikawinkan. Hal ini berkaitan dengan
tingkat kematangan kelamin dari koi jantan dan betina. Jika kita memilih koi
yang telah siap kawin, yang perlu disiapkan adalah tempat untuk kawin atau
kolam pemijahan. Kolam pemijahan berupa kolam tembok berukuran 2x4x1 m dengan
sirkulasi air yang baik. Kolam ini sebelum digunakan harus dicuci terlebih
dahulu dengan cara dikeringkan dan direndam dengan larutan PK (kalium
permanganate). Setelah itu, dipasang jaring (net) atau kantung happa dari bahan
yang halus (kain triliri), kemudian kolam diisi dengan air. Selanjutnya, induk
koi dimasukan.
Perbandingan koi jantan dan
betina 1 : 1 atau 1 : 2 (perbandingan berat badan). Artinya, jika induk betina
beratnya 2kg (biasanya 1 ekor), induk jantan memiliki berat minimum 2 kg
(biasanya bisa 3-4 ekor). Induk koi dibiarkan dan tidak boleh diganggu. Setelah
1 - 2 jam, sarang atau kakaban untuk menempel telur dipasang. Kakaban biasanya
terbuat dari ijuk yang dijepit bambu. Jumlah kakaban sebaiknya 1 : 5. Artinya,
jika induk betina yang dikawinkan 1 kg, kakabannya 5 lembar. Satu lembar
kakaban berukuran 0,5 x 1 m. Setelah
kakaban, induk koi, dan sirkulasi air disiapkan dengan baik, koi dibiarkan
kawin sepanjang malam. Menjelang pagi akan terlihat telur-telur menempel di
kakaban.
1. Menetaskan Telur dan
Menangani Telur yang Baru Menetas
Telur yang terdapat pada
kakaban harus terendam air terus. Karena itu, kakaban dapat diberi pemberat.
Suhu kolam penetasan pun harus selalu hangat. Jika suhu air di dalam kolam
terlalu dingin, penetasan akan berlangsung lebih lama. Sebaliknya, jika suhu
terlalu panas, telur-telur tersebut akan mudah membusuk. Dalam keadaan normal,
telur-telur akan menetas dalam waktu tiga hari. Setelah semua telur menetas,
kakaban bisa diangkat dan dapat dipergunakan untuk proses pemijahan lainnya.
Anak koi yang baru lahir masih membawa kuning telur sebagai persediaan makanan.
Lima hari kemudian, kuning telur tersebut habis dan burayak koi mulai
membutuhkan pakan alami berupa udang renik artemia atau kutu air yang sudah
dikultur. Pakan alami yang diambil dari alam harus dibersihkan dahulu supaya
koi tidak tercemar bakteri. Setelah berumur satu minggu, burayak sudah bisa
dipindahkan ke dalam kolam pembesaran. Sebelum burayak dimasukkan, sebaiknya
kolam pembesaran sudah diisi oleh pakan alami berupa kutu air. Selain kutu air,
pakan alternatif yang bisa diberikan adalah kuning telur yang direbus, tepung
udang, atau susu bubuk. Jangan lupa kolam harus selalu dibersihkan agar koi
tetap sehat.
Untuk mengetahui ciri koi
induk yang berkualitas, perlu memerhatikan faktor berikut ini:
1. Bentuk Tubuh
Ideal atau proporsional dengan
perbandingan tinggi dan panjang 1 : 2 atau 1 : 3.
Garis punggungnya yang tidak
melengkung (lurus).
Gerakan renang seimbang dan
tenang yang dipengaruhi oleh posisi sirip yang simetris berpasangan.
Memiliki sirip dada dan perut
yang berukuran sama besar.
Untuk bentuk kepala, mulut,
mata dan insang proporsional dan serasi.
Hidung tidak terlalu ke luar
atau tampak tertimbun daging.
Pangkal ekor hendaknya
berukuran tebal, agar telur tersebar secara merata.
2. Warna dan Pola Warna
Batas antar pola warna harus
jelas dan kontras.
Tidak terjadi gradasi atau
bayangan warna.
3. Kesehatan
Gerakan gesit dan seimbang. Di
samping itu, tidak menyendiri di dasar kolam atau muncul lama di permukaan. Koi
yang sering menyendiri di dasar kolam merupakan indikasi bahwa koi tersebut
sedang sakit.
Nafas teratur. Gerakan insang
yang terlalu cepat menandakan koi sukar untuk bernafas.
Sirip tegak atau tidak
terkulai.
Tidak cacat, sakit, atau buta.
4.Secara umum memilih induk
koi dapat digunakan kriteria sebagai berikut:
Anggota badannya utuh dan
tidak terluka yang mudah dihinggapi parasit. Tubuh simetris dan jika dilihat
dari atas nampak garis punggung yang lurus dan saat meliuk, bagian atas dan
bawah tubuh melengkung dengan wajar dan serempak. Bentuk dan besar dari kepala
sesuai dengan bagian tubuh yang lain. Warnanya jelas, terang, cemerlang dan
juga memikat, tidak ada gradasi (misalnya kemerahan atau kecoklatan), serta
setiap warna terpisah secara nyata dan tidak boleh bercampur. Tidak ada bintik-bintik. Tips
buat sobat, sebaiknya untuk pemilihan koi dilakukan di bawah sinar matahari,
bukan sinar lampu. Tingkat kesuburannya tinggi. Biasanya dijumpai pada koi
jantan yang berumur enam bulan dan betina telah berumur kurang lebih 1,5 tahun.
Telah siap kawin yang ditandai dengan keluarnya cairan putih kental pada koi jantan ketika bagian
kelaminnya dipijit dan di daerah kelamin koi betina tampak kemerahan. Sebaiknya
dipilih induk dari jenis koi impor. Biasanya, jika dipilih koi lokal warnanya
cenderung bergradasi dan tidak cemerlang atau buram.
B. MEMBEDAKAN KOI BETINA
DENGAN KOI JANTAN
Secara umum, tubuh koi betina
lebih besar dibandingkan dengan tubuh koi jantan. Jika dilihat dari atas,
bagian perut induk betina tampak membuncit ke samping. Sementara itu, perut
induk jantan tampak lebih langsing. Pada induk jantan, di bagian sirip dadanya
tampak bintik-bintik putih mirip garam. Bintik ini menandakan bahwa induk
jantan sudah matang kelamin.
2. Merawat Anak Koi
a. Pendederan I
Pendederan I adalah
pemeliharaan lanjutan dari koi yang berumur 10 hari. Biasanya dilakukan di
kolam tembok berukuran 5 x 5 x 0.5 m atau 5 x 10 x 0,5 m. Untuk menghindari
resiko kematian koi, sebaiknya tidak menggunakan air dari saluran langsung,
tetapi air yang sehat atau bersih dan diberi aerasi.
Sebelum pemeliharaan
berlangsung, kolam dipersiapkan dulu, yakni dengan merendam pupuk kandang
(kotoran ayam petelur sebanyak 2 - 4 kg / m3 air. Pupuk kandang dibungkus
dengan kain kasa dan diletakan disudut-sudut kolam. Di samping itu, juga
ditebarkan garam dapur sebanyak 10 gram / m3 air. Perendaman berlangsung selama
5-7 hari.
Setelah kolam dan
perlengkapannya dipersiapkan, benih koi ditebarkan dengan hati-hati. Sebaiknya
dilakukan aklimatisasi dengan seksama. Caranya, semua tindakan yang termuat
dalam paragraf ini dilakukan dengan benar dan hati-hati, agar adaptasi ikan
berjalan sebagaimana mestinya. Selama 3-5 hari, koi memanfaatkan pakan alami.
Setelah itu, diberi pakan berbentuk tepung. Pemeliharaan benih koi selama 15
-25 hari dengan padat tebar 150 200 ekor / m3.
b. Pendederan II
Sama halnya dengan pendederan
I, pendederan II juga dilakukan di kolam tembok. Bisa juga dilakukan di kolam
tanah.
Persiapan di kolam tembok sama
dengan pendederan I. Selanjutnya, sudah bisa menggunakan pakan buatan yang
berbentuk butiran.
Persiapan kolam tanah dapat
dilakukan dengan cara memberi kapur 25 - 50 gram / m3, pupuk kandang 150 - 250
gram / m3, dan pupuk daun 300 gram / m3. Kolam tanah diairi atau direndam
selama 5-7 hari. Selanjutnya koi ditebarkan jika dibandingkan dengan kolam
tembok, penggunaan kolam tanah biasanya mempercepat koi tumbuh, tetapi
mortalitas atau kematian akan tinggi dan warnanya akan pudar.
Pemeliharaan pendederan II
berlangsung selama 20 - 30 hari. Padat tebarnya 50-100 ekor/m3. Biasanya, pada
waktu panen sudah bisa dipilih anakan berdasarkan warna dan ukurannya.
c. Pendederan III
Persiapan yang dilakukan sama
dengan pendederan I dan II. Perbedaannya hanya pada padat tebarnya. Padat tebar
pada pendederan III maksimum 50 ekor/ m3 dengan kondisi air dan pakan yang
memadai, karena pada tahap ini proses pembentukan kualitas koi yang baik
berlangsung. Pemeliharaan berlangsung selama 20 - 30 hari. Selanjutnya baru
dilakukan pemilihan koi berdasarkan ukuran dan warnanya.
3. Menyeleksi Benih Koi Secara
Benar
Penyeleksian benih bisa
dilakukan setelah koi berumur 2-3 bulan. Kriteria ini dimaksudkan agar koi bisa
dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuhnya. Koi yang bertubuh bongsor
dicampurkan dengan yang bertubuh bongsor, dan yang bertubuh kecil juga dicampur
dengan yang bertubuh kecil. Pada tahap penyeleksian ini sekaligus dapat dipilih
calon induk yang berkualitas. Seleksi benih dapat dilakukan hingga beberapa
kali agar diperoleh hasil yang memuaskan. Seleksi paling akhir adalah
menentukan pola warna dan kualitas koi secara secara keseluruhan. Diperlukan
cukup pengalaman dan kejelian untuk memilih koi yang berkualitas. Berdasarkan
pengalaman, anak koi yang baik memiliki tubuh tidak cacat serta pola warna yang
tegas dan cemerlang.
Demikianlah diatas ulasan
teknik dan cara budidaya ikan koi, teknik dan cara budidaya ikan koi diatas
juga masih digunakan hingga saat ini. Artikel diatas kami kutip dari beberapa
sumber media online yang terpercaya, semoga bermanfaat dan menambah wawasan
kita semua, sampai bertemu kembali pada postingan berikutnya terimakasih.